Our social:

Friday, 24 May 2013

Tips Memilih Ampli Bass


Foto: Tips Memilih Ampli Bass

Tips Memilih Ampli Bass
 Banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar memilih ampli, misalkan ampli
seperti apa yang murah dan bagus?(azas ekonomi), jenis ampli apa yang cocok dengan
musik ini/itu? Apakah ampli mahal soundnya pasti bagus? Kalau kita mainnya masih
biasa-biasa saja, apa perlu pakai ampli yang bagus ‘banget’? dan banyak pertanyaan
lainnya yang berhubungan dengan amplifier. Hal ini wajar menurut gua, karena
pertanyaan ini tidak hanya diajukan oleh mereka yang baru mulai belajar bass, namun
juga masih menjadi bahan pembicaraan dikalangan musisi yang sudah senior.
Untuk gua sendiri ada beberapa pertimbangan dalam memilih ampli (gua urut sesuai
kepentingannya), yaitu :

1. Budget
Berapa banyak uang / dana yang kita punyai. Ini awal dari semua rencana kita
dalam membeli barang. Benar-benar harus dipikirkan dengan matang, terutama untuk kita
memiliki dana terbatas. Teliti benar barang yang akan kita beli, sesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan kita, jangan dipaksakan. Begitu pula dengan mereka yang
memiliki kelebihan dana, jangan hanya karena mahal kita lantas membeli ampli tersebut
sementara sound dan karakter ampli tersebut tidak kita perhatikan. Perlu diketahui bahwa
ampli mahal tidak menjamin kita suka dengan soundnya..OK!?

2. Digunakan dimana?
Sebelum membeli ampli kita harus tahu akan digunakan dimana ampli ini, apakah
hanya di kamar saja? Di studio? Recording? Atau untuk panggung. Disini sebenarnya
tidak ada patokan yang baku, namun gua menyarankan kepada mereka yang mencari
ampli untuk kebutuhan panggung, sebaiknya mereka memilih ampli dengan watt diatas
65 watt. Ini dimaksudkan agar kita lebih mudah mendapatkan power dari sound ampli
tersebut, dan tidak memaksakan volume yang bisa mengakibatkan speaker menjadi
sember (lama-kelamaan).

3. Mencoba sound
Saat mencoba ampli kita gunakan bass kita sendiri, dengan demikian sound yang
dihasilkannya akan murni dari bass yang memang kita gunakan. Jangan mencoba ampli
yang kita inginkan dengan bass yang berbeda dari bass milik kita, ini bisa membuat kita
‘tertipu’ dengan sound yang dihasilkannya.
Untuk settingannya, setting awal semua knob EQ arah jam 12, coba selama
mungkin (antara 5 – 10 menit) dengan settingan bass yang biasa kita mainkan. Kemudian
kita otak-atik EQ atau fasilitas lain yang terdapat pada ampli tersebut untuk mencari
sound sesuai dengan yang kita inginkan (settingan bass jangan diubah), kita coba bermain
dengan menggunakan teknik bermain bass, yaitu fingering, slap, tap, atau dengan
menggunakan pick.

4. Amplifier type combo atau head cabinet
Pilih combo atau cabinet? Jawabannya “terserah”, karena keduanya saat ini sudah
sebanding. Memang bila kita melihat dari segi ‘performance’ head cabinet terlihat lebih
professional, tinggal suka tidaknya kita akan sound yang dihasilkan. Untuk combo
sendiri, saat ini banyak combo dengan sound dan power yang ‘gila-gilaan’ tinggal selera
kita sesuai dengan yang mana.

5. Watt yang diinginkan

Ini berhubungan dengan tempat dimana kita akan menggunakan ampli tsb
(penjelasan no.2). Untuk mereka yang biasa “manggung” sebaiknya memilih ampli
dengan watt besar, karena menurut gua dengan watt yang besar gua merasa lebih puas
dan lega (dalam artian powernya) di atas panggung, juga ‘feel’ yang gua rasakan lebih
sesuai untuk panggung.
Untuk pemilihan amplinya sendiri antara transistor atau tabung lebih ke selera
masing-masing akan karakter soundnya.

6. Mobilitas ampli
Sering tidaknya ampli tersebut kita bawa-bawa baik hanya untuk keperluan studio
(latihan atau recording) ataupun panggung, mungkin ikut mempengaruhi pertimbangan
kita dalam memilih ampli. Bila mobilitas ampli tersebut rendah, pilihan kita untuk
memilih ampli menjadi lebih luas karena kita tidak usah repot-repot mempertimbang
resiko kerusakan saat ampli tersebut ‘mondar-mandir’ atau segi praktis dari ampli yang
kita inginkan. Tapi bila mobilitas ampli kita cukup tinggi, ada baiknya kita
mempertimbangkan faktor resiko ‘mondar-mandir’ dan segi-segi kepraktisan dari ampli
tersebut (misalnya memilih ampli yang sudah memiliki roda untuk memudahkan kita
dalam memindahkannya, lebih memilih ampli dengan ukuran ‘mungil’ tanpa
mengenyampingkan power sebagai pertimbangan bila kita harus mengangkut ampli itu
sendirian, atau lebih memilih ampli transistor dibandingkan ampli tabung yang memiliki
faktor resiko yang cukup tinggi, dsb). Tapi tentu saja kita tidak boleh ‘mengorbankan’
karakter sound kita.

7. Spare part (suku cadang) dan servis
Hal ini sering kali lewat dari pertimbangan kita, padahal masalah ini tidak kalah
penting dibandingkan dengan masalah lainnya. Mudah tidaknya kita dalam mencari spare
part maupun tenaga servis yang berpengalaman, menjadi hal wajib bila suatu saat nanti
ampli kita mengalami kerusakan baik besar maupun kecil (dimana kita dapat menemukan
toko yang menjual spare part pengganti? dimana kita bisa men-servis ampli tsb
dengan tenaga servis yang baik?). Kasus seperti ini sering dijumpai, terutama untuk
produk-produk tertentu dimana masih banyak ‘tukang servis’ yang masih belum
menguasai teknologi dari alat tsb, dan guangnya lagi kebanyakan produk tersebut
justru produk-produk mahal yang terkenal di manca negara. Dengan adanya
pertimbangan hal tsb, kita bisa lihat bahwa ampli mahal, terkenal, dan berteknologi tinggi
bukan jaminan kita bisa menarik nafas lega.
Hal - hal di atas adalah pertimbangan-pertimbangan yang sering gua gunakan jika gua
ingin membeli alat musik (tidak hanya ampli), mungkin masih banyak pertimbangan lain
yang teman-teman miliki. Namun dari semua hal tersebut, ada hal yang ingin gua
tekankan ke teman-teman yaitu minimal kita harus mengerti semua fungsi (kegunaan)
knob yang terdapat pada ampli yang kita inginkan. Dengan kita mengerti kegunaan knob
(fasilitas) yang terdapat pada ampli ybs, kita tidak perlu ‘meraba’ ataupun mengira-ngira
settingan sound ampli tsb, dengan begitu kita bisa tahu hasil sound-nya serta kemampuan
ampli tsb secara maksimal.
Rekomendasi dari rekan sesama musisi mungkin bisa juga dijadikan referensi untuk
pertimbangan kita mencari ampli dan sound yang sesuai, meskipun pada akhirnya kita
juga yang menentukan ampli apa yang akan kita pilih.
Sering juga terjadi dimana kita tidak bisa mendapatkan ampli sesuai dengan yang kita
inginkan, baik soundnya, power, dan hal lainnya. Disini gunanya kita mengetahui semua
fungsi yang terdapat pada ampli, karena banyak rekan-rekan gua yang suka ‘meng-obokobok’
amplinya untuk memperoleh sound yang mereka mau. Misalkan saja ampli 100
watt diganti dengan speaker 100 watt tetapi dengan merk dan karakter yang berbeda, atau
watt-nya diganti dengan yang sedikit diatas 100, ada juga yang mengganti potensionya
dengan produk yang lebih berkualitas.
Namun ada juga yang bereksperimen mengganti speaker 15” (combo) dengan 2 x 12”,
yang ini tentu saja ada perubahan dalam pembagian ohm dan beberapa komponen
dalamnya. Ini sering mereka lakukan untuk eksplorasi sound bass, mungkin bila di
instrument bass itu sendiri seperti mengganti pick up, merubah active/passive,
fretted/fretless, dll. Semua hal ini boleh saja, tapi dengan syarat bahwa pengetahuan kita
tentang alat itu sendiri cukup bagus, sebab jangan sampai kita hanya sekedar mencoba
tanpa memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat yang ingin kita ‘obok-obok’.
Untuk memiliki pengetahuan yang cukup bagus tentang alat-alat tersebut, selain
pengetahuan kita sendiri melalui manual book (buku panduan, katalog), majalah-majalah
musik ataupun rekomendasi teman, ada baiknya kita sering menghadiri pameran alat
musik, workshop, klinik musik, ataupun seminar mengenai alat musik. Ini bisa
menambah pengetahuan kita di dalam mengenali suatu produk, atau membuat
perbandingan karakter sound antara satu ampli dengan lainnya. Dengan begini kita tidak
akan tertinggal dalam hal teknologi, terlebih teknologi selalu berkembang sehingga
jangan sampai kita menjadi ‘gaptek’ dan mudah diperdaya oleh iklan-iklan produk yang
tidak sedikit.

Dari gambaran diatas, secara garis besar gua mengajak rekan-rekan sekalian untuk lebih
mengenal dan lebih apresiatif terhadap alat-alat yang kita gunakan di dalam industri
musik di Indonesia. Saling memberikan informasi tentang produk, teknologi, dan hal
terkait lainnya, menurut gua akan sangat membantu perkembangan musik (di Indonesia)
itu sendiri, dimana hasilnya akan bisa dirasakan semua pihak yang bergerak di bidang ini.
Gua yakin teman-teman pasti juga mengetahui dan memiliki pertimbangan sendiri yang
mungkin bisa diinformasikan ke rekan lainnya di luar informasi yang gua sampaikan
sebelumnya. OK, sama-sama kita pertajam kemajuan musik di Indonesia!!!
Tips Memilih Ampli Bass
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar memilih ampli, misalkan ampli
seperti apa yang murah dan bagus?(azas ekonomi), jenis ampli apa yang cocok dengan
musik ini/itu? Apakah ampli mahal soundnya pasti bagus? Kalau kita mainnya masih
biasa-biasa saja, apa perlu pakai ampli yang bagus ‘banget’? dan banyak pertanyaanlainnya yang berhubungan dengan amplifier. Hal ini wajar menurut gua, karena
pertanyaan ini tidak hanya diajukan oleh mereka yang baru mulai belajar bass, namun
juga masih menjadi bahan pembicaraan dikalangan musisi yang sudah senior.
Untuk gua sendiri ada beberapa pertimbangan dalam memilih ampli (gua urut sesuai
kepentingannya), yaitu :

1. Budget
Berapa banyak uang / dana yang kita punyai. Ini awal dari semua rencana kita
dalam membeli barang. Benar-benar harus dipikirkan dengan matang, terutama untuk kita
memiliki dana terbatas. Teliti benar barang yang akan kita beli, sesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan kita, jangan dipaksakan. Begitu pula dengan mereka yang
memiliki kelebihan dana, jangan hanya karena mahal kita lantas membeli ampli tersebut
sementara sound dan karakter ampli tersebut tidak kita perhatikan. Perlu diketahui bahwa
ampli mahal tidak menjamin kita suka dengan soundnya..OK!?

2. Digunakan dimana?
Sebelum membeli ampli kita harus tahu akan digunakan dimana ampli ini, apakah
hanya di kamar saja? Di studio? Recording? Atau untuk panggung. Disini sebenarnya
tidak ada patokan yang baku, namun gua menyarankan kepada mereka yang mencari
ampli untuk kebutuhan panggung, sebaiknya mereka memilih ampli dengan watt diatas
65 watt. Ini dimaksudkan agar kita lebih mudah mendapatkan power dari sound ampli
tersebut, dan tidak memaksakan volume yang bisa mengakibatkan speaker menjadi
sember (lama-kelamaan).

3. Mencoba sound
Saat mencoba ampli kita gunakan bass kita sendiri, dengan demikian sound yang
dihasilkannya akan murni dari bass yang memang kita gunakan. Jangan mencoba ampli
yang kita inginkan dengan bass yang berbeda dari bass milik kita, ini bisa membuat kita
‘tertipu’ dengan sound yang dihasilkannya.
Untuk settingannya, setting awal semua knob EQ arah jam 12, coba selama
mungkin (antara 5 – 10 menit) dengan settingan bass yang biasa kita mainkan. Kemudian
kita otak-atik EQ atau fasilitas lain yang terdapat pada ampli tersebut untuk mencari
sound sesuai dengan yang kita inginkan (settingan bass jangan diubah), kita coba bermain
dengan menggunakan teknik bermain bass, yaitu fingering, slap, tap, atau dengan
menggunakan pick.

4. Amplifier type combo atau head cabinet
Pilih combo atau cabinet? Jawabannya “terserah”, karena keduanya saat ini sudah
sebanding. Memang bila kita melihat dari segi ‘performance’ head cabinet terlihat lebih
professional, tinggal suka tidaknya kita akan sound yang dihasilkan. Untuk combo
sendiri, saat ini banyak combo dengan sound dan power yang ‘gila-gilaan’ tinggal selera
kita sesuai dengan yang mana.

5. Watt yang diinginkan

Ini berhubungan dengan tempat dimana kita akan menggunakan ampli tsb
(penjelasan no.2). Untuk mereka yang biasa “manggung” sebaiknya memilih ampli
dengan watt besar, karena menurut gua dengan watt yang besar gua merasa lebih puas
dan lega (dalam artian powernya) di atas panggung, juga ‘feel’ yang gua rasakan lebih
sesuai untuk panggung.
Untuk pemilihan amplinya sendiri antara transistor atau tabung lebih ke selera
masing-masing akan karakter soundnya.

6. Mobilitas ampli
Sering tidaknya ampli tersebut kita bawa-bawa baik hanya untuk keperluan studio
(latihan atau recording) ataupun panggung, mungkin ikut mempengaruhi pertimbangan
kita dalam memilih ampli. Bila mobilitas ampli tersebut rendah, pilihan kita untuk
memilih ampli menjadi lebih luas karena kita tidak usah repot-repot mempertimbang
resiko kerusakan saat ampli tersebut ‘mondar-mandir’ atau segi praktis dari ampli yang
kita inginkan. Tapi bila mobilitas ampli kita cukup tinggi, ada baiknya kita
mempertimbangkan faktor resiko ‘mondar-mandir’ dan segi-segi kepraktisan dari ampli
tersebut (misalnya memilih ampli yang sudah memiliki roda untuk memudahkan kita
dalam memindahkannya, lebih memilih ampli dengan ukuran ‘mungil’ tanpa
mengenyampingkan power sebagai pertimbangan bila kita harus mengangkut ampli itu
sendirian, atau lebih memilih ampli transistor dibandingkan ampli tabung yang memiliki
faktor resiko yang cukup tinggi, dsb). Tapi tentu saja kita tidak boleh ‘mengorbankan’
karakter sound kita.

7. Spare part (suku cadang) dan servis
Hal ini sering kali lewat dari pertimbangan kita, padahal masalah ini tidak kalah
penting dibandingkan dengan masalah lainnya. Mudah tidaknya kita dalam mencari spare
part maupun tenaga servis yang berpengalaman, menjadi hal wajib bila suatu saat nanti
ampli kita mengalami kerusakan baik besar maupun kecil (dimana kita dapat menemukan
toko yang menjual spare part pengganti? dimana kita bisa men-servis ampli tsb
dengan tenaga servis yang baik?). Kasus seperti ini sering dijumpai, terutama untuk
produk-produk tertentu dimana masih banyak ‘tukang servis’ yang masih belum
menguasai teknologi dari alat tsb, dan guangnya lagi kebanyakan produk tersebut
justru produk-produk mahal yang terkenal di manca negara. Dengan adanya
pertimbangan hal tsb, kita bisa lihat bahwa ampli mahal, terkenal, dan berteknologi tinggi
bukan jaminan kita bisa menarik nafas lega.
Hal - hal di atas adalah pertimbangan-pertimbangan yang sering gua gunakan jika gua
ingin membeli alat musik (tidak hanya ampli), mungkin masih banyak pertimbangan lain
yang teman-teman miliki. Namun dari semua hal tersebut, ada hal yang ingin gua
tekankan ke teman-teman yaitu minimal kita harus mengerti semua fungsi (kegunaan)
knob yang terdapat pada ampli yang kita inginkan. Dengan kita mengerti kegunaan knob
(fasilitas) yang terdapat pada ampli ybs, kita tidak perlu ‘meraba’ ataupun mengira-ngira
settingan sound ampli tsb, dengan begitu kita bisa tahu hasil sound-nya serta kemampuan
ampli tsb secara maksimal.
Rekomendasi dari rekan sesama musisi mungkin bisa juga dijadikan referensi untuk
pertimbangan kita mencari ampli dan sound yang sesuai, meskipun pada akhirnya kita
juga yang menentukan ampli apa yang akan kita pilih.
Sering juga terjadi dimana kita tidak bisa mendapatkan ampli sesuai dengan yang kita
inginkan, baik soundnya, power, dan hal lainnya. Disini gunanya kita mengetahui semua
fungsi yang terdapat pada ampli, karena banyak rekan-rekan gua yang suka ‘meng-obokobok’
amplinya untuk memperoleh sound yang mereka mau. Misalkan saja ampli 100
watt diganti dengan speaker 100 watt tetapi dengan merk dan karakter yang berbeda, atau
watt-nya diganti dengan yang sedikit diatas 100, ada juga yang mengganti potensionya
dengan produk yang lebih berkualitas.
Namun ada juga yang bereksperimen mengganti speaker 15” (combo) dengan 2 x 12”,
yang ini tentu saja ada perubahan dalam pembagian ohm dan beberapa komponen
dalamnya. Ini sering mereka lakukan untuk eksplorasi sound bass, mungkin bila di
instrument bass itu sendiri seperti mengganti pick up, merubah active/passive,
fretted/fretless, dll. Semua hal ini boleh saja, tapi dengan syarat bahwa pengetahuan kita
tentang alat itu sendiri cukup bagus, sebab jangan sampai kita hanya sekedar mencoba
tanpa memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat yang ingin kita ‘obok-obok’.
Untuk memiliki pengetahuan yang cukup bagus tentang alat-alat tersebut, selain
pengetahuan kita sendiri melalui manual book (buku panduan, katalog), majalah-majalah
musik ataupun rekomendasi teman, ada baiknya kita sering menghadiri pameran alat
musik, workshop, klinik musik, ataupun seminar mengenai alat musik. Ini bisa
menambah pengetahuan kita di dalam mengenali suatu produk, atau membuat
perbandingan karakter sound antara satu ampli dengan lainnya. Dengan begini kita tidak
akan tertinggal dalam hal teknologi, terlebih teknologi selalu berkembang sehingga
jangan sampai kita menjadi ‘gaptek’ dan mudah diperdaya oleh iklan-iklan produk yang
tidak sedikit.

Dari gambaran diatas, secara garis besar gua mengajak rekan-rekan sekalian untuk lebih
mengenal dan lebih apresiatif terhadap alat-alat yang kita gunakan di dalam industri
musik di Indonesia. Saling memberikan informasi tentang produk, teknologi, dan hal
terkait lainnya, menurut gua akan sangat membantu perkembangan musik (di Indonesia)
itu sendiri, dimana hasilnya akan bisa dirasakan semua pihak yang bergerak di bidang ini.
Gua yakin teman-teman pasti juga mengetahui dan memiliki pertimbangan sendiri yang
mungkin bisa diinformasikan ke rekan lainnya di luar informasi yang gua sampaikan
sebelumnya. OK, sama-sama kita pertajam kemajuan musik di Indonesia!!!

0 komentar:

Post a Comment