PROFIL EFEK RUMAH KACA ( ERK ) BAND
EFEK RUMAH KACA BAND
Efek Rumah Kaca atau biasa disingkat dengan ERK adalah salah satu band
indie terkenal d Indonesia. Sebuah sumber menyebutkan bahwa band-band di
bawah naungan label independen, Efek Rumah Kaca misalnya, lebih mampu
menelurkan karya yang lebih berkualitas dari band-band di bawah naungan
label mayor. Apalagi jika melihat fenomena musik Indonesia masa kini, di
mana pengaruh band-band atau boy band dari Korea seolah mendominasi
pasar musik Indonesia.
Band indie—sebagaimana namanya—biasanya adalah band-band yang
mengedepankan identitas dan idealisme bermusik tanpa terlalu terpengaruh
pada pasar. Hal ini membuat musik mereka berbeda tapi tetap berkualitas
dan khas.
Efek Rumah Kaca adalah salah satu dari beberapa band indie yang patut
diacungi jempol. Pop minimalis adalah warna musik dasar yang digarap
Efek Rumah Kaca, yang memang berbeda dengan warna musik band-band
kebanyakan yang menjamur beberapa tahun terakhir.
Berbagai penghargaan telah berhasil diraih oleh Efek Rumah Kaca selama
berkiprah di blantika musik Indonesia. Media bahkan mengklaim bahwa Efek
Rumah Kaca adalah penyelamat musik Indonesia.
Lagu "Cinta Melulu", misalnya. Lagu ini dinobatkan sebagai "Best
Indonesian Song of 2008" oleh sebuah radio terkemuka di Indonesia.
Selain itu, penghargaan sebagai "The Best Alternative" berhasil diraih
Efek Rumah Kaca pada ajang penghargaan Anugerah Musik Indonesia Award
2008. "The Best Cutting Edge Band 2008" adalah penghargaan yang berhasil
mereka dapat dari MTV Indonesia Award. Majalah musik Rolling Stone
Indonesia jjuga menganugerahkan "Rookie Of The Year 2008". Sementara
Class Mild, memberikan penghargaan "Class Music Heroes 2008".
Hampir 4 tahun setelah album terakhir Efek Rumah Kaca “Kamar Gelap“
(2008) dirilis, kabar Efek Rumah Kaca akan segera merilis album terbaru
atau album ketiga sudah terdengar sejak 2011 yang lalu. Selain kendala
teknis, kondisi kesehatan salah satu personel band ini—yang aksi
panggungnya selalu dipadati para fans yang terbilang fanatik—juga
menjadi salah satu kendala proses lahirnya album baru.
Sebelum mengetahui lebih jauh tentang rencana peluncuran album terbaru
Efek Rumah Kaca, ada baiknya kita simak kisah di balik dua album
sebelumnya.
Efek Rumah Kaca (2007), band asal Jakarta yang beranggotakan Cholil
Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), dan
Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar) pertama kali terbentuk pada
2001. Sejak awal terbentuknya, Efek Rumah Kaca telah beberapa kali
mengalami perubahan personel.
Selain perubahanan personel, Efek Rumah Kaca juga sempat beberapa kali
berubah nama sebelum akhirnya menetapkan nama Efek Rumah Kaca. Awalnya,
band ini bernama “Hush”. Karena satu dan lain hal, nama band diganti
menjadi menjadi “Superego”. Hingga pada tahun 2006, Superego berubah
menjadi Efek Rumah Kaca atas saran manager mereka, Bin Harlan Boer.
Efek Rumah Kaca diambil dari salah satu judul lagu mereka, yang juga
menjadi judul album perdana mereka. Album Efek Rumah Kaca (self-titled)
berisi 12 (dua belas) lagu dengan tema yang beragam. Album yang dirilis
tahun 2007 di bawah naungan Paviliun Records ini memang terkenal dengan
lirik-liriknya yang kritis dan cerdas juga musik yang enak didengar.
Beberapa tema yang mewarnai album ini di antaranya adalah tema cinta,
sosial, politik, homoseksual, religiusitas, dan lain-lain. Dari
judulnya, kita bisa menebak bahwa lagu "Belanja Terus Sampai Mati“
adalah mengenai gaya hidup konsumerisme. Sementara lagu berjudul “Jatuh
Cinta Itu Biasa Saja” dan “Cinta Melulu” adalah lagu yang mengkritisi
band-band lokal yang melulu mengangkat tema cinta dengan lirik dan
aransemen yang begitu-begitu saja.
“Di Udara” adalah judul lagu yang bermuatan politis sebab bertemakan
kasus kematian Munir. Tema homoseksual dapat disimak di lagu “Bukan
Lawan Jenis”. Lagu-lagu lain yang patut disimak di album ini adalah
tentunya "Efek Rumah Kaca“, "Debu-Debu Berterbangan“, "Melankolia“,
“Sebelah Mata“, dan “Desember“.
Album Efek Rumah Kaca - Kamar Gelap (2008)
Selang waktu satu tahun, Efek Rumah Kaca kembali menelurkan album baru
yang berjudul “Kamar Gelap“, dirilis oleh Aksara Records. Peluncuran
album yang terbilang cepat ini adalah karena saat menelurkan album
pertama, Efek Rumah Kaca memang sudah memiliki atau mempersiapkan
sebagian materi untuk album kedua.
Tidak jauh berbeda dengan album pertama, “Kamar Gelap“ masih menyuguhkan
warna musik yang relatif sama, yaitu pop minimalis dan masih mengusik
telinga pendengar dengan lirik-liriknya yang kritis terhadap berbagai
isu sosial.
Lagu “Kenakalan Remaja di Era Informatika“ misalnya, adalah lagu yang
mengkritisi fenomena merebaknya video seks yang tengah banyak beredar di
Indonesia. Ada juga lagu yang menyatakan kepedulian terhadap masalah
lingkungan, berjudul “Hujan Jangan Marah”, tentang banjir yang melanda
Jakarta pada 1999 silam. Sementara itu, “Kamar Gelap“ mengusung tema
tentang dunia fotografi.
Simak pula lagu-lagu lain "Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa“, “Tubuhmu
Membiru… Tragis“, “Mosi Tidak Percaya“, “Lagu Kesepian“, “Laki-laki
Pemalu“, "Jangan Bakar Buku“, “Menjadi Indonesia“, “Banyak Asap di
Sana“, dan “Balerina“.
Efek Rumah Kaca - Album Terbaru (?)
“Hilang“ adalah judul salah satu lagu yang akan mengisi album baru Efek
Rumah Kaca. Khusus untuk lagu ini, sudah bisa didengar di akun myspace
band ini sejak Januari 2011. Lagu baru Efek Rumah Kaca ini bertemakan
politis sebab berkisah tentang orang-orang yang hilang di era Orde Baru.
Menurut Cholil, saat diwawancarai salah satu media, lagu “Hilang“ masih
sama dengan karakter lagu-lagu Efek Rumah Kaca di album-album
sebelumnya. Oleh karenanya, lagu ini tidak bisa dijadikan petunjuk warna
musik di album baru nanti, yang kabarnya akan berbeda aransemennya di
beberapa lagu dan lebih kompleks.
Album terbaru Efek Rumah Kaca rencanya akan berisi enam lagu saja,
tetapi dengan durasi yang agak panjang dibandingkan dengan lagu-lagu
kebanyakan, yaitu sekitar 8 sampai 11 menit. Efek Rumah Kaca sudah
memulai proses pembuatan album ketiga ini sejak awal 2010 dan rencananya
akan dirilis pada akhir tahun 2011.
Tapi sampai sekarang, belum ada lagi kabar terbaru tentang album mereka.
Kabar terakhir menyebutkan bahwa eksperimen yang ingin dihadirkan di
album baru ini cukup memakan waktu dan menguras biaya.
Belum lagi kondisi kesehatan pemain bas Efek Rumah Kaca, Adrian—yang
membuatnya harus sering absen—juga menjadi salah satu kendala
keterlambatan album terbaru. Adrian menderita penyakit yang menyebabkan
kondisi penglihatan matanya memburuk hingga dalam beberapa kesempatan,
perannya di panggung terpaksa digantikan oleh basis cadangan.
Dalam sebuah wawancara dengan media, Cholil memberi bocoran bahwa judul
album terbaru rencananya adalah “Sinestesia”. Arti 'Sinestesia' sendiri,
salah satunya adalah kondisi di mana terbayang atau tergambarnya suatu
warna saat kita mendengarkan suatu komposisi musik tertentu. Karenanya,
enam lagu yang ada dalam album ketiga ini nantinya akan berjudul
warna-warna.
Adrian yang akan menentukan judul-judul setiap lagu tersebut berdasarkan
kesan atau warna yang terbayang olehnya saat mendengar lagu-lagu baru
tersebut. Bahkan kabarnya, sampul album Efek Rumah Kaca yang ketiga ini
nantinya akan berupa rekayasa digital dari hasil laboratorium kondisi
mata Adrian.
Dalam proses perekaman, Efek Rumah Kaca punya cara yang agak berbeda.
Lirik lagu adalah hal terakhir yang mereka buat. Oleh karena itu, tak
heran saat musik dan aransemen sudah jadi, lirik masih belum jadi.
Penemuan dan fiksasi nada drum yang dilanjutkan dengan fiksasi nada
gitar dan bas, lalu diikuti oleh penemuan lirik lagu adalah proses
rekaman yang biasa mereka lakukan.
Menurut Cholil, hal ini dilakukan karena menciptakan lirik akan lebih
mudah untuk dapat disesuaikan dengan nada lagu. Sementara dalam
menciptakan musik, akan lebih sulit mengubah dan memodifikasinya jika
sudah dirasa pas.
0 komentar:
Post a Comment